Mengkaji Model Evaluasi Kurikulum dengan Model CIPP.

Kurikulum adalah komponen terpenting dalam proses pembelajaran. Tanpa kurikulum, beberapa kemungkinan seorang pendidik akan sulit untuk menentukan tujuan dan capaian dalam proses belajar dan mengajar. Walaupun sejatinya, dalam proses pembelajaran tidak harus berpaku pada kurikulum, akan tetapi beberapa hal harus mengikuti sebagai patokan dasar dalam menentukan arah pembelajaran. Seiring berjalannya waktu kurikulum juga memerlukan evaluasi, sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih efektif dan efisien maka perlu adanya evaluasi kurikulum. Dalam studi evaluasi, banyak sekali model-model evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama. Adapun model evaluasi kurikulum ada empat: Model CIPP, Model Responsif, Model Iluminatif, dan Model dan Model Studi Kasus. Berikut akan kami jelaskan dahulu satu dari keempat model evaluasi kurikulum.

Model CIPP

Model ini dikembangkan oleh sebuah tim yang diketuai oleh Stufflebeam. Sesuai dengan namanya, CIPP memiliki empat jenis evaluasi, yaitu evaluasi context (konteks), evaluasi input (masukan), evaluasi process (proses), dan evaluasi produk (hasil) (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 93). Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai faktor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap kurikulum.

Evaluasi input untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai faktor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan mengenai hal ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan perlu adanya revisi atau pergantian kurikulum.

Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai kekuatan, dan kelemahan proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variabel input terhadap proses.

Adapun tujuan utama dari evaluasi hasil adalah untuk menentukan apakah implementasi kurikulum dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakannya. Evaluator mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai hasil belajar, membandingkannya dengan standar, dan mengambil keputusan mengenai status kurikulum (direvisi, diganti, atau dilanjutkan).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama