Karya Cerpen Kelas IX A MTs Nuril Huda

 SEMESTA DAN LUKANYA 

Oleh : Feesi Talita Alwiyanto 
Kelas : IX A ,MTs Nuril Huda Tarub 

        Jakarta 

        Pagi itu cahaya dari sang Bagaskara menembus lewat jendela kos² an milik seorang anak laki-laki yang bernama Riki hal itu membuatnya bangun dari tidurnya . 

        Riki seorang laki-laki yang memiliki badan yang tinggi, kulit putih dan rambut yang indah dan hitam legam , dia baru berumur 17 tahun yang lahir di Semarang tanggal 21 Oktober 2005. Di pagi ini dia akan pergi kesekolah SMA NISHIMURA SCHOOL bersama sahabatnya yang bernama Reyhan , Satya ,dan Sean. Waktu berlalu , hari sudah sore mereka sedang dalam perjalanan menuju kos masing-masing. Hingga saat ditengah jalan Riki teringat sesuatu "Bang, bisa anterin gue?" Riki "Kemana?" Tanya Reyhan "Tadi pagi ibuk nelfon gue, dia minta gue mampir ke panti" "Yaudah, gue anter siapa ikut?" Tanya Reyhan "Gue ngga bisa, gue ada les" Jawab Satya "Gue jaga bunda bang" Jawab Sean "Oke gue yang akan anterin Lo ke panti Rik" ucap Reyhan.

        Pembicaraan itu berakhir, mereka berpencar dan pergi menuju tujuan masing - masing. Langkah Riki dan Reyhan berhenti saat tiba di tempat yang mereka tuju. PANTI ASUHAN PELITA HARAPAN Kembali ke tempat dimana Riki dibesarkan selama 15 tahun. Mereka melangkah masuk bersama, dan disambut dengan hangat oleh anak-anak disana yang mungkin bernasib sama seperti Riki. "Bang Riki..."mereka berlari kecil menuju Riki dan Reyhan membuat mereka tersenyum tipis. "Halo bang Reyhan.." ucap salah satu anak menyapa Reyhan seorang anak yang sedikit berisi itu tersenyum dengan pipi chubby miliknya dengan kedua mata bulatnya yang sudah menyabit karena tersenyum. 


        Hingga Reyhan dan Riki dibuat gemas oleh nya. "Ih kenapa ucul bangetttt" ucap Riki gemas sembari menguyel-uyel pipi anak laki-laki itu hingga ditegur oleh Reyhan. "Heh jangan digituin, kasian" ucapnya kepada Riki , sedangkan Riki yang ditegur hanya cengengesan. "Oh udah dateng. Pantesan rame banget" ucap seorang wanita paruh baya yang keluar dari salah satu ruangan. "Ibuk" Riki menghampiri wanita itu dan memeluknya. "Gimana kabarnya nak?" "Baik buk, ibuk sendiri gimana?" "Ya ngga gimana-gimana, tetep gini-gini aja" ucapnya kemudian tertawa kecil diikuti Riki. "Oh iya buk. Kenapa panggil Riki kesini ya?". "Ada orang yang mau ketemu sama Riki" jawabnya membuat Riki mengerutkan keningnya. "Siapa?" Wanita itu hanya tersenyum, kemudian melangkah meninggalkan Riki dan yang lainnya yang masih berada diluar. 

        Riki hanya mengikuti langkah wanita itu bersama teman-temannya hingga sampai di ruang tengah, dan dapat ia lihat, ada seorang.. perempuan(?) yang sedang duduk disana. "Ini Riki" ucap wanita paruh baya yang berdiri di samping Riki. Riki tak paham situasi ini, ada apa? Siapa wanita ini? Beribu pertanyaan muncul di benaknya. "Riki? Apa benar Bu Anne?" Tanya wanita yang tak ia kenali itu kepada Bu Anne, pemilik panti yang telah membesarkannya selama ini. Bu Anne hanya membalas dengan anggukan. Wanita yang asing menurut Riki itu menatapnya lamat-lamat, Tak lama dia mendekat dan tiba-tiba memeluknya. "Noa ini beneran kamu? Kamu sudah besar ya nak" ucapnya saat memeluk Riki. Riki hanya bisa diam membeku. "I-iya Riki udah besar, tapi Tante siapa ya? Riki ngga kenal Tante" "Saya ibu kamu nak" Riki terkejut bukan main, tak terkecuali Reyhan. Riki dengan cepat melepaskan pelukan wanita itu dengan mata yang berkaca - kaca. 

        Bisa dikatakan dia sedikit emosional ketika menyangkut masa lalunya, apalagi orangtuanya. "Ngga" dia menggeleng pelan. Hati kecilnya berkata ini hanyalah candaan. Dia masih ingat kenyataan bahwa Reyhan seringkali menjahili adik-adiknya, atau disebut juga prank. "Bang jangan bilang ini prank " dia mundur kemudian menggenggam erat lengan Reyhan, namun Reyhan hanya membalas dengan gelengan. "Nak saya ibu kamu ...." "DIAM! GUE NGGA NGOMONG SAMA LO!" 

        Mereka semua kaget mendengar sentakan dari remaja di hadapan mereka. Mendengar itu dengan cepat Reyhan menenangkan adiknya yang berdiri dengan nafas memburu itu. "Rik tenang Rik. Jangan gitu sama orang yang lebih tua" Ucap Reyhan membuat Ricky berpaling dan menatapnya. "Bang ..... sumpah bang kalo cuma prank jangan gini bang. Ngga lucu " ucapnya " Rik Ini kenyataannya, Tolong lo ngerti. Perempuan yang berdiri di depan lo ini ibu lo -" "Ngga!" Lagi dan lagi. Sepertinya hati kecilnya tak mau menerima ini. "Nak saya ibu kamu" " Lo bukan ibu gue" "Nak dengerin ibu dulu. Ibu minta maaf sudah naruh kamu -" "Naruh? Ditaruh atau dibuang?" Wanita itu benar-benar tertohok mendengar apa yang Riki katakan. Sekarang dia mengerti bahwa apa yang ia lakukan hari itu benar-benar menyakiti Riki. "Nak dengerin ibu dulu" "Stop sebut nama lo pake kata 'ibu' karena itu ngga cocok buat orang kek lo" "Nak maafin ibu nak" "Cukup tante, karena ibuk Riki ngga bisa ninggiin suara di depan tante." Riki menatap wanita itu berharap wanita itu mengerti. "Namamu itu Noa Bagas valenzi , bukan Riki" "Apa-apaan?! Gue Riki, Riki sastra virendra bukan Noa" ucapnya penuh penekanan. "TAPI ITU KENYATAANNYA" kamu itu Noa ,anak yang Pernah lahir dari rahim saya-" "GUE RIKI BUKAN NOA" Wanita itu sudah kehabisan kesabarannya, dia meninggikan suara, Namun di Potong oleh Riki dengan sentakan yg tak kalah tinggi. "Cobalah menerima kenyataan KAMU NOA ANAK SAYA" "GUE RIKI BUKAN NOA, NOA UDAH NGGA ADA NOA YANG LO CARI UDAH MATI" mereka semua tak menyangka Remaja tujuh belas tahun di depan mereka mengatakan hal itu. 

"Rik, udah Rik" Reyhan menggenggam erat tangan adiknya yg sudah gemetar Itu, Benar-Benar tak terima jika dirinya dipangil Noa. "Nak tapi saya Ibu kamu ,ibu yg sudah melahirkan kamu, Tolong hargai ibu sebagai ibu kandung kamu nak seberapa besar rasa sakit yg ibu tahan saat Ibu melahırkan kamu, Apa Ini bayaran yg ibu dapat?" ujar Diana, ibu kandung Riki. "Sesakit itukah? Terus bagaimana dengan luka tak kasat mata dan rasa sakit yg harus Riki tahan selama 17 tahun? Tanya riki. membuat Perempuan itu terdiam lagi. "Tante harus ingat, luka fisik itu akan sembuh seiring berjalannya waktu. Tapi luka batin? Itu ngga akan sembuh sampai kapanpun. Karena dia bukan di fisik, tapi tertanam abadi di memori dan juga hati. Tante ngga pernah tau rasanya lahir tanpa identitas. Lahir, sebagai anak yang kehadirannya ngga diinginkan. Sakit tante, sakit banget" ucapnya sembari memukul-mukul dadanya, mungkin terlihat sedikit drama. Tapi benar-benar menyakitkan. "Anak-anak lain saat lahir dia dipeluk, disayang, Hari itu ibarat hari yg Paling berkesan dihidupnya . Tapi riki ? Siapa yang Peluk Riki ? cuma angin malam yang menusuk kulit Riki saat itu". Ucapnya setitik air mata lolos dri netranya, menatap sendu wanita dihadapannya. "Kalo anak lain nangis dia di peluk ,ditenangin, dihibur ..Terus Riki? Harus menangis di depan pintu berharap ada orang baik hati yang mau menolong bayi yg tak berdaya yg hanya bisa menangis keras tanpa bisa mengucap kata tolong" "Maaf in ibu nak ,Ibu bakalan tebus semua kesalahan yang Pernah Ibu lakukan ,ketahuilah bahwa hari itu smua yang Ibu lakukan karena terpaksa "ucap nya menatap Riki "Jadi ayo kita balik ke semarang ya? kita mulai hidup baru, ibu janji bakalan tebus semua kesalahan ibu" ucapnya Reyhan yang mendengar itu terkejut lagi dan lagi. 

Apa katanya ? kembali ke Semarang ? Apa dia akan berpisah dengan riki ? "Tante kira, kalo Riki ikut Sama tante, mulai hidup baru sebagai ibu dan anak apa luka Riki akan sembuh ? Ucap Riki . " Ngga Tante , itu malah makin memperburuk keadaan" lanjutnya. "Riki ngga Suka hidup di bayangi kenangan masa lalu ,Apalagi masa lalu yang menyakitkan Riki udh bahagia disini walaupun hidup sederhana tapi Riki udah bahagia banget, Apalagi sama temen Riki "ucap Riki menatap Reyhan . "Tante dengerin Riki " ucapnya menatap wanita di depannya . " walau pun Riki memiliki masa lalu buruk, Riki tetap berterima kasih kepada tante yg sudah melahirkan Riki Sehingga bisa melihat dunia. Tapi Riki minta maaf banget, ngga bisa nerima tante di hidup Riki" ucapnya dengan senyum yg sungguh! "Tante Ingin Riki bahagia kan ? tanyanya, Diana yg sudah terisak kecil didepannya menganggukan kepalanya perlahan. "Jadi biarin Riki cari bahagia Riki Sendiri ya ? biarin Riki di sini sama sahabat Riki dan ibuk makasih Sudah melahirkan Riki ke dunia " Sedangkan Diana tak bisa melakukan apapun untuk mencegah Riki karena itu memang kesalahannya dan hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda dia setuju Setelah menyelesaikan masalah tentang ibunya Riki dan Reyhan pamit pulang. Riki dan Reyhan pulang ke kos - kosan masing - masing. Besoknya Riki menjalani hidupnya seperti biasa bersama sahabatnya Reyhan, Satya dan Sean.

Sepeti itulah kisah seorang Riki Sastra Virendra dengan segala lukanya, yang masih berharap pada semesta akan kebahagiaan untuknya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama